MODEL-MODEL STRUKTUR WACANA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Wacana Bahasa Indonesia
Asuhan
Noor Cahaya, S.Pd., M.Pd.
Kelompok 1
Lisa Wulandari A1B110036
Iffatul Hikmah Nurhidayah
A1B110040
Rina Rahmawati A1B110002
Andreow Kony A1B110046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Wacana adalah satuan bahasa
yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan
akhir yang nyata disampaikan secara lisan dan tertulis.(Henry Guntur Tarigan,
1987). Istilah wacana digunakan untuk semua bentuk komunikasi baik komunikasi
verbal maupun komunikasi tertulis (Renkema, 2004:65).
Meskipun demikian, ada
beberapa perbedaan antara wacana tertulis dan wacana verbal. Menurut Wallace
Chafe (dalam Renkema, 2004:65), perbedaan tersebut disebabkan oleh dua faktor,
yaitu (1) menulis membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada berbicara dan (2)
penulis tidak memiliki kontak dengan pembaca.
Di sini kami akan menjelaskan
mengenai model-model struktur pada wacana, diantaranya model struktur
pertukaran dalam percakapan, model struktur pertukaran di dalam kelas dan model
struktur wacana iklan.
Wacana percakapan merupakan interaksi komunikasi yang melibatkan
dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan tuturan. Akan tetapi, percakapan
lebih dari sekedar pertukaran informasi (Ismari, 1995: 3). Pada wacana
percakapan terdapat giliran tutur (turn-taking)
dan pasangan berd Pada interaksi di kelas terdapat tiga lapisan pertukaran,
yaitu tindak, gerak, dan pertukaran (Ramirez dalam Arifin dan Rani, 2000:
52-55).ekatan (adjacency pair)
Berkenaan dengan struktur
wacana, bolen (1984) memandang struktur wacana iklan dari segi proposisinya.
Menurut pendapatnya, wacana uklan mempunyai tiga unsur pembentuk struktur
wacana, yaitu (1) butir utama (Headline), (2) badan (Body), dan (3) penutup
(close) yang dalam struktur wacana iklan tersebut dikaitkan dengan permasalahan
tahap-tahap untuk mencapai tujuan.
2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimanakah model struktur pertukaran
dalam percakapan?
b.
Bahaimanakah model struktur pertukaran
di kelas?
c.
Bagaimanakah model struktur iklan?
3.
Tujuan
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mendeskripsikan:
a.
model struktur pertukaran dalam
percakapan,
b.
model struktur pertukaran di kelas, dan
c.
model struktur iklan.
BAB II
PEMBAHASAN
Wacana memiliki struktur. Struktur wacana sifatnya
lebih terbuka dibandingkan dengan struktur kalimat. Maksudnya, kemungkinan
variasi susunan unsur-unsur kalimat sangat terbatas, sedangkan kemungkinan
variasi susunan unsur-unsur wacana lebih besar. setiap jenis wacana memiliki
model masing-masing. Dalam makalah ini dipaparkan model struktur wacana dari
tiga jenis wacana, yaitu wacana dalam percakapan, wacana di kelas, dan wacana
struktur iklan.
a.
Model Struktur Pertukaran dalam
Percakapan
Wacana percakapan merupakan
interaksi komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan
tuturan.
Seperangkat pola tersebut terdiri dari
beberapa komponen, yaitu inisiasi (I) - umpan/pemicu, respon (R) - tanggapan,
dan feedback (F) - umpan balik. Beberapa contoh pola struktur pertukaran
percakapan, yaitu [I R R]. [I (R)], [I RF], [I (R)/IR], dan pola baru I[I
(R)R].
Beberapa
ilmuan yang membicarakan model struktur pertukaran:
1.Belack
Belack,
dkk. (dalam Coulthard, dkk.1981; Sinclai dan Coulthard, 1975 : 17-18)
mengususlkan 4 struktur wacana dalam kelas :
a.pertukaran
(structuring)
perilaku
untuk mengarahkan kelangsungan peristiwa pedagogis dan mengajak siswa untuk
memperhatikan sesuatu
b.Permintaan
(soliciting)
suatu
kategori unsur struktur yang dimaksudkan untuk memancing munculnya tanggapan,
baik tanggapan verbal maupun nonverbal dari siswa
c.Penanggapan
(responding)
tindakan
jawaban atas permintaan yang menyatakan hubungan timbal-balik
d.Pereaksian
(reacting)
kategori
tindak berupa tindak lanjut dari kategori sebelumnya yang mungkin berupa
penjelasan, ringkasan, dan perluasan dari apa yang telah dikatakan lebih dahulu
2.Mitchell
Mitchell
mengatakan struktur wacana transaksi dalam jual beli terdiri dari salam,
pemilihan barang, pemeriksaan barang, kesepakatan dan simpati.
3.Stubbs
Menurut
Stubbs (1981:107-109), struktur pertukaran dapat digunakan untuk melihat
koherensi wacana. Dalam penentuan fungsi satuan-satuan percakapan seorang
peneliti dapat menggunakan intuisinya dengan diperkuat oleh data dari informan.
Pertukaran
merupakan sebuah satuan terkecil dalam interaksi. Sebuah pertukaran diawali
oleh sebuah pemicu atau inisiasi yang berfungsi sebagai pembuka interaksi.
Pemicu itu diikuti oleh sebuah tanggapan atau respon (R). Tanggapan diikuti
oleh umpan balik (F) yang bersifat manasuka.
Ada
3 langkah untuk menentukan struktur pertukaran :
1.menggunakan
intuisi peneliti
2.menggunakan
informan
3.memanfaatkan
data alamiah
dengan
langkah tersebut secara teoritis dapat diprediksi kemungkinan ragam struktur
pertrukaran
1.jenis
I : (Inf) mempunyai ragam
a.[Inf]
b.[Inf(F)]
c.[Inf
(IrR)(F)]
2.Jenis
II [IR] mempunyai ragam
a.[IR]
b.[IR(F)]
c.[IR(IrR)(F)]
3.Jenis
iii :[IR/IR] mempunyai ragam
a.[IR/IR]
b.[IR/I(F)]
c.[IR/I(IrR)(F)]
c.[IR/I(IrR)(F)]
Stenstrom
(1994:49) mengatakan ada tiga jenis pertukaran, yaitu:
1.
Pertukaran Pernyataan (Stating Exchange)
Contoh
A
: Dia Muslim [inisiasi]
B
: Em..[Respon]
2.
Pertukaran Pertanyaan (Questioning Exchange)
Contoh
A
: Apakah kamu mengajar? [Inisiasi]
B
: Tidak, aku tidak bisa mengajar. [ Respon]
A
: Aku mengerti [Tindak Lanjut]
3.
Pertukaran Permintaan (Requesting Exchange)
Contoh
A
: Dapatkah kamu menahannya beberapa menit saja? [Inisiasi]
B
: Ok! [ Respon]
b.
Model Struktur Pertukaran di Kelas
Kajian terhadap bahasa lisan dalam interaksi kelas merupakan kajian
wacana. Pada hakikatnya perilaku guru di dalam proses
pembelajaran di dalam kelas merupakan refleksi dari ideologi yang dianutnya.
Dengan melihat perilaku guru dalam bertindak di dalam kelas akan tergambar
bagaimana guru memandang posisi siswa. Apakah guru memandang siswa berdasarkan
konsep atasan-bawahan ataukah berdasarkan konsep bahwa guru sebagai motivator
dan fasilitator serta siswa sebagai patner (mitra). Hal itu merupakan realisasi
dari sistem pikiran dan kepercayaan yang ada pada diri guru itu sendiri.
Pada interaksi di kelas terdapat tiga lapisan
pertukaran, yaitu tindak, gerak, dan pertukaran (Ramirez dalam Arifin dan Rani,
2000: 52-55). Dijelaskan bahwa pertukaran itu merupakan suatu interaksi yang
terkecil dan melibatkan dua peserta atau lebih. Secara umum pola pertukaran
dirumuskan sebagai pembuka, jawaban, dan tindak lanjut.
Contoh pembuka di kelas seperti:
·
Pertanyaan pura-pura, yaitu pertanyaan yang
diajukan untuk mengetahui informasi, penjelasan, alasan, dan sebagainya yang
sebenarnya telah diketahui oleh penutur. Pertanyaan ini berguna untuk
mengetahui pengetahuan masa lampau para pendengar. Biasanya bentuk kalimat yang
digunakan untuk pertanyaan ini adalah kalimat tanya. Contoh: materi kita minggu depa membahas mengenai apa anak-anak?
·
Permintaan secara langsung, yaitu ujaran yang
berisi permintaan dalam bentuk perintah yang memerlukan jawaban atau tindakan
pendengar. Bentuk ujaran yang digunakan biasanya berupa kalimat suruhan. Tindak
tutur ini dibedakan sebagai permintaan keras secara langsung untuk kepentingan
pengelolaan kelas dan permintaan keras secara langsung untuk kepentingan
disiplin. Contohnya: Amir, tolong pimpin doa!
·
Permintaan tak langsung, yaitu ujaran yang
berisikan permintaan dalam bentuk perintah lunak yang memerlukan jawaban verbal
atau tindakan dan cara penyampaiannya secara tidak langsung. Biasanya ujaran
yang digunakan berupa kalimat tanya. Permintaan lunak tak langsung dibedakan
menjadi dua macam, yaitu untuk kepentingan disiplin dan pengelolaan kelas.
Untuk kepentingan disiplin misalnya: anak-anak, jangan ribut!
Untuk pengelolaan kelas misalnya: tolong kursinya dirapikan!
·
Informatif, yaitu ujaran dalam bentuk
pernyataan yang berisi pendapat, ide, contoh, alasan, dan sebagainya yang
ditujukan kepada mitra tuturnya. Bentuk ujaran yang digunakan biasanya berupa
kalimat berita, bukan kalimat tanya. Tindak tutur ini dibedakan menjadi informatif
berperan serta dan informatif tidak berperan serta.
Contoh: sudah 3 hari dia tidak hadir karena sakit
·
Metastatement, yaitu suatu pernyataan yang
berisi suatu informasi yang sedang terjadi atau akan terjadi selama peristiwa
belajar-mengajar.
Contoh: minggu depan kita adakan ulangan harian, kalian
diharapkan belajar sungguh-sungguh!
·
Ekspresif, yaitu suatu ujaran yang bersifat
pribadi dalam bentuk komentar, penghargaan, atau pelahiran emosi yang lain.
Dalam interaksi di kelas, ujaran ini ditujukan pada siswa dan biasanya tidak
berhubungan dengan pelajaran.
Contoh: wah, bagus sekali kamu hari ini terlihat bersemangat!
Jawaban
·
Tindak tutur yang terjadi dalam gerak ini lebih
sedikit kemungkinannya, seperti di bawah ini.
·
Menjawab, yaitu suatu tanggapan terhadap sebuah
pertanyaan yang ditujukan pada dirinya. Tindak tutur ini dibedakan menjadi
menjawab dengan berperan serta dan tidak berperan serta, misalnya jawaban dalam
bentuk pendapat pribadi, perasaan, sikap, dan sebagainya.
Pendapat pribadi misalnya: bukankah lebih baik jika baju itu disetrika dulu
Jawaban dalam bentuk perasaan misalnya: aku lebih senang jika ibunya murah senyum.
·
Timbal balik, yaitu tanggapan dalam bentuk
tindak verbal ataupun tindal nonverbal sebagai jawaban dari permintaan atau
perintah. Contoh:
Pertanyaan: apa kamu mengerjakan PR matematika?
Timbal balik: belum selesai betul!
·
Ucapan terima kasih, yaitu tanggapan untuk
mengucapkan terima kasih atas sebuah informasi yang diberikan.
·
Pengulangan, yaitu bentuk pengulangan terhadap
ujaran dalam bentuk pembuka.
·
5Pemicu ulang, yaitu suatu ujaran yang
ditujukan pada siswa untuk mengulang atau memulai lagi.
Tindak
Lanjut(feedback)
Tindak tutur yang terdapat pada gerak ini, antara lain:
·
Penerimaan, yaitu ujaran yang berisi penerimaan terhadap
jawaban siswa. Misalnya: bagus sekali
jawabannya
·
Penghargaan, yaitu ujaran yang berisikan penilaian
terhadap jawaban atau pertimbangan kualitas. Contoh: bagus sekali pendapatmu Sin, bagaimana dengan yang lain?
·
Komentar, yaitu ujaran dalam bentuk pernyataan. Komentar
ini biasanya mengikuti penerimaan, penghargaan, pembentulan.
Contoh: jadi
seperti yang Sinta sampaikan tadi, bahwa....
·
Pembetulan, yaitu ujaran yang dimaksudkan untuk
membetulkan jawaban siswa.
Siswa: drama musik
Guru: musikalisasi
drama
·
Pengulangan, yaitu ujaran dalam bentuk pengulangan
jawaban siswa.
Siswa: Dewan
Perwakilan Rakyat
Guru: Dewan
Perwakilan Rakyat
·
Parafrase, yaitu ujaran dalam bentuk pengubahan bentuk
jawaban siswa.
Siswa : konjungsi
Guru : ya,
konjungsi juga disebut sebagai kata penghubung.
c.
Model Struktur Iklan
Struktur wacana dalam iklan dapat
dilihat dari segi posisinya. Menurut Bolen, iklan mempunyai tiga unsur struktur
pembentuk wacana, yaitu butir utama (headline),
badan (body), dan penutup (close).
-
Butir Utama : merupakan tujuan pertama dalam wacana iklan untuk menarik
perhatian. Untuk itu, diperlukan pesan-pesan iklan yang menarik dan penting
sehingga dapat menarik perhatian dari para calon konsumen.
-
Badan Iklan : mempunyai tujuan untuk menarik minat dan kesadaran para calon
konsumen. Berdasarkan motif calon konsumen dalam membeli sesuatu, yaitu motif
emosional dan motif rasional. Maka bagian badan wacana iklan hendaknya
mengandung alasan objektif (rasional) dan alasan subjektif (emosional).
-
Bagian Penutup : berisi informasi-informasi lain yang berhubungan dengan topic
yang diiklankan baik itu berupa slogan, layanan konsumen, ataupun menampilkan
merek dagang. Informasi jenis ini disebut butir pasif. Tujuan yang bisa kita
temui dalam sebuah iklan adalah memberikan pengaruh yang berupa ajakan atau
dapat merubah tindakan tertentu pada seorang calon konsumen.
Apabila iklan tersebut mendapatkan
respon dengan membangkitkan minat dan kesadaran dari si konsumen maka
komunikasi yang disampaikan melalui wacana dalam iklan tersebut telah berhasil.
Contohnya
dalam iklan Harpic pembersih kloset.
a.
Butir utama (headline)
Sahnaz: Ibu RT siapa
yang nantangin kita bersiin kloset rumahnya jadi kaya baru lagi?
Ibu RT: Ada, ibu Lily.
Sahnaz: Hallooo. Yakin ga ada yang bisa bersihin kloset
bersih kaya baru lagi?
Ibu Lily: Yakin! Karna
aku sudah coba menggunakan deterjen, aku sikat-sikat, tapi hasilnya noda itu
tetap tidak ilang.
Sahnaz: Sudah coba Harpic baru?
Ibu Lily: Belum.
Sahnaz: Harpic
pembersih khusus kloset yang bisa membuat kloset anda bersih kaya baru lagi.
Ibu Lily: Bisa
dibuktikan?
Sahnaz: Hanya dengan
SMS. Siram harpic dari dalam lekukan kloset tempat kuman dan kotoran bersarang.
Mari menunggu 30 menit. Sikat sedikit. Lihat!
Ibu Lily: Waw! Bersih
sekali mba Sanaz, kaya baru lagi. Kalau gitu aku mau pakai harpic baru.
Sahnaz: Anda siap
dengan tantangan harpic?
Kata-kata yang dicetak tebal merupakan kata yang dapat
menarik perhatian konsumen.
b.
Badan iklan
Sahnaz:
Ibu RT siapa yang nantangin kita bersiin kloset rumahnya jadi kaya baru lagi?
Ibu
RT: Ada, ibu Lily.
Sahnaz:
Hallooo. Yakin ga ada yang bias bersihin kloset bersih kaya baru lagi?
Ibu
Lily: Yakin! Karna aku sudah coba menggunakan deterjen, aku sikat-sikat, tapi
hasilnya noda itu tetap tidak ilang.
Sahnaz:
Sudah coba Harpic baru?
Ibu
Lily: Belum.
Sahnaz:
Harpic pembersih khusus kloset yang bisa membuat kloset anda bersih kaya baru
lagi.
Ibu
Lily: Bisa dibuktikan?
Sahnaz:
Hanya dengan SMS. Siram harpic dari
dalam lekukan kloset tempat kuman dan kotoran bersarang. Mari menunggu 30
menit. Sikat sedikit. Lihat!
Ibu
Lily: Waw! Bersih sekali mba Sanaz, kaya
baru lagi. Kalau gitu aku mau pakai harpic baru.
Sahnaz:
Anda siap dengan tantangan harpic?
Kata
yang dicetak tebal merupakan penegasan bahwa alasan yang
dikemukakan pada bagian badan iklan tersebut bersifat subjektif. Alasan dikemukakan dengan demo
cara membersihkan kloset sehingga konsumen memiliki motif emosional dan
tertarik untuk menggunakan produk tersebut.
c.
Bagian penutup
Sahnaz: Anda
siap dengan tantangan harpic?
Bagian
penutup iklan ini berupa pertanyaan yang membuat konsumen penasaran dengan
produk ini.
BAB III
PENUTUP
a.
Simpulan
Dari pemaparan materi di atas dapat disimpulkan
beberapa poin sebagai berikut.
·
Struktur pertukaran diartikan sebagai
suatu perangkat aturan yang digunakan oleh peserta percakapan dalam melakukan
pertukaran informasi. Aturan ini ditekankan pada seperangkat pola atau
urutan-urutan tingkah laku yang teratur dalam melakukan hubungan timbal-balik.
·
Pada interaksi di kelas terdapat tiga lapisan
pertukaran, yaitu tindak, gerak, dan pertukaran (Ramirez dalam Arifin dan Rani,
2000: 52-55). Dijelaskan bahwa pertukaran itu merupakan suatu interaksi yang
terkecil dan melibatkan dua peserta atau lebih. Secara umum pola pertukaran
dirumuskan sebagai pembuka, jawaban, dan tindak lanjut.
·
Struktur wacana dalam iklan dapat
dilihat dari segi posisinya. Menurut Bolen, iklan mempunyai tiga unsur struktur
pembentuk wacana, yaitu butir utama (headline),
badan (body), dan penutup (close).
b.
Saran
Bagi mahasiswa yang ingin meneliti struktur-struktur
dalam wacana, carilah referensi sebanyak-banyaknya dan contoh yang cukup untuk
mendukung penelitian kalian.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Adiel. (2009, november 13). Struktur Wacana.
Retrieved februari 20, 2013, from ADIEL: http://adiel87.blogspot.com
Adiel. (2009, November 13). Analisis Struktur Wacana Iklan. Retrieved
februari 20, 2013, from ADIEL: http://adiel87.blogspot.com
Brown,
Gillian, dkk. 1996. Analisis Wacana.
Terjemahan. Jakarta: Gramedia
Cahaya, Noor.
(2012, September 15). Wacana
Percakapan. Retrieved februari 24,2013, from Shine Emya de Linguistika:
http://shinedelinguistika.blogspot.com
Ensen, S. (2012, april 13). Model Struktur Wacana Iklan Ultra Milk.
Retrieved februari 20, 2013, from Jejak_Ensen:
http://balondalambelukar.blogspot.com
Hatch, Evelyn.
1992. Discourse and Language Education.
New York: Cambridge University Press.
Rosidi, Imron.
Struktur Pertukaran dalam Kupas Tuntas Calon Presiden di Trans TV.(
http://guru umarbakri.blogspot.com/2009/05/artikel-ilmiah-kebahasaan.html) .
Diakses tanggal 10 Mei 2010
Stenstrom,
Ana. 1994. An Introduction Spoken Interaction. New York: Longman
Tarigan, Henry
Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa
Yuliawati,
Susi. 2008. Konsep Percakapan dalam Analisis Wacana. Skripsi (tidak
diterbitkan).